Maybe I am the bad guy

Very Personal Thursday, March 09, 2017
Selama ini kisah kasih yang aku beritakan kepada orang - orang terdekat terdengar seperti kisah memilukan tentang seorang perempuan yang menyimpan perasaan terhadap laki - laki berbahu lebar selama 12 tahun. Lalu akan di dendangkan kisah - kisah tentang hampir hampir yang akan membuat sebagian dari mereka tertawa karena kelakuan ku yang bodoh atau karena alur takdir yang kelihatannya, ya, tidak jodoh. 

Selanjutnya, lama akan tidak terdengar kisah dari ku, periode waktu ini akan diiringi dengan bincang - bincang tentang mungkin aku tidak pernah merasakan apa - apa. Mungkin perasaan ku aku projeksikan dari otak dan imajinasiku. Mungkin aku sedang lari dari sesuatu, dan memilih dia untuk membantu lariku. Mungkin memang kenyataanya dia hanya seorang teman baik yang aku ramu dengan berbagai bumbu cemburu.

Lalu, akan ada kisah tentang bagaimana aku tidak sengaja bertemu, atau memang sengaja bertemu, dan gemercik kecewa akan muncul karena dia berpura - pura tidak tahu. Mengenalku ia malu, begitu pikirku. Sempit dan buru - buru; aku putuskan aku harus bebas.

Namun tentunya tidak semudah itu. Apa yang dihindari akan semakin dekat. Apa yang ingin di lupa akan semakin nyata. Saat tiba waktu aku lupa, waktu yang memainkan peran miliknya. Ketika benar - benar lupa, takdir memunculkan persimpangan jalannya.

Lalu hari ini aku menapak jalan yang lengket. Tanah yang basah karena hujan menempel di sol sepatuku. Sembari menghindari lumpur, Fia berkata, "bagus lah kalau sudah tidak merasa apa - apa! Kenapa memang? Lo mau nya ada apa - apa ya?"

Iya. Aku memang seorang munafik.

Aku menggunakan dia sebagai katalis untuk merasa. Aku rasa, sebelum dia aku ingin sekali merasa. Aku ingin sekali dapat menulis tulisan tentang cinta. Aku ingin sekali bercerita tentang kisah kasih layaknya yang diceritakan orang - orang. Sayangnya, ia malah jadi objekku. 

Aku menggunakan dia sebagai cara untuk tidur di malam - malam dimana AC tidak dinyalakan tapi aku tetap kedinginan. Aku memimpikan dia sebagai cara untuk benar - benar tidur ketika mata menolak di padamkan sedangkan besok ada kelas jam delapan. Aku mendoakan dia untuk merasa aku ikhlas dan aku baik - baik saja. Aku menggunakan dia. Untuk kenyamananku sendiri.

Aku memerangkap dia di dalam sebuah gelombang frekuensi dimana hanya aku yang bisa akses. Aku meramu dan merusak kenyataan jadi imajinasi tentang figur yang ketidaksempurnaannya sempurna bagi aku. Aku menciptakan skenario menjadi naskah dan deskripsi karakter agar dia bisa hidup selamanya di pikiranku, walau kenyataanya dia bukanlah aktor dan hidup bukan pementasan drama. Tidak apa - apa, yang penting aku suka jalan ceritanya. 

Masalahnya bukan dia, bukan perasaan yang tidak resiprokal, bukan pula takdir. Tapi aku. Aku antagonis dalam kisah ini. Aku yang merangsek dan merusak. Aku yang membuat apapun yang ia lakukan salah di mataku. Aku yang egois.

Dan aku tidak bisa minta maaf.

9 Maret 2017
Hari Musik Nasional

sarahannida
Powered by Blogger.